Wei Xin meninggalkan kampung halamannya dan menempuh dunia luar dengan bekal kecerdasan yang dimilikinya, dengan keyakinan penuh maka Wei Xin masuk universitas kedokteran. Hanya dalam waktu 3 tahun, ketekunan dan usaha Wei Xin membuahkan hasil yang membuat dokter-dokter besar universitasnya terkejut. Bila dokter-dokter yang bersekolah disitu memerlukan waktu selama 5 tahun untuk lulus sebagai seorang dokter, maka Wei Xin hanya memerlukan waktu 3 tahun untuk menjadi seorang dokter. Lepas dari universitas kedokteran yang dijalaninya, maka Wei Xin langsung melanjutkan profesinya di sebuah rumah sakit besar di Cina yang memanggilnya untuk bekerja berkat kemampuannya yang luar biasa. Wei Xin pun menerima tawaran kerja tersebut dengan senang hati. Wei Xin bekerja dengan ketekunan dan ketrampilan yang luar biasa dalam melayani pasien-pasien, Wei Xin senantiasa menghibur para pasien rumah sakit tersebut dengan kata-kata positif, Wei Xin juga memerhatikan pasien-pasiennya dengan menyediakan obat bagi mereka tepat pada waktunya.
Suatu saat, seorang gadis berusia 5 tahun datang untuk dirawat oleh Dr.Wei Xin. Orang tuanya meminta agar Dr.Wei Xin bisa menyembuhkan gadis kecil mereka dari penyakit ganas asma. Dr.Wei Xin pun menaruh perhatian khusus kepada gadis tersebut dan memberikan perawatan terbaik bagi gadis tersebut. Wei Xin berusaha agar gadis tersebut mampu sembuh dari penyakitnya. Tetapi setelah 2 minggu perawatan Dr.Wei Xin, Tuhan berkehendak lain dan akhirnya gadis itu meninggal karena kehabisan nafas di waktu tengah malam. Dr.Wei Xin tidak percaya bahwa dia gagal untuk menyelamatkan gadis tersebut. Sejenak Wei Xin mulai berjalan dari kamar gadis tersebut dan dalam hatinya dia menyalahkan dirinya sendiri. Dia mulai berpikir apa yang telah dikerjakannya sebagai dokter, dia mulai merasa bahwa dia gagal menyelamatkan nyawa pasiennya. Wei Xin merenungkan dirinya di ruang kerjanya, dia merasa dia telah melakukan kesalahan besar hingga pasiennya kehilangan nyawa di tangannya sendiri, dia menyesali usahanya sampai pasiennya meninggal di hadapannya sendiri. Wei Xin mulai merasakan ketakutan.
Hari-hari dijalani Wei Xin dengan sangat tidak baik, sampai akhirnya professor rumah sakit di tempatnya bekerja memintanya agar beristirahat beberapa waktu sebelum akhirnya dia bekerja kembali di rumah sakit tersebut. Wei Xin berjalan-jalan pada sore itu di kota dimana dia bekerja, sampai akhirnya dia menghentikan langkahnya dan kemudian melihat sejenak ke sebuah bangunan gereja. Tanpa ragu, Wei Xin masuk dan bertemu dengan seorang pendeta yang cukup terkenal di kota tersebut. Wei Xin duduk dan kemudian berdoa, sementara pendeta tersebut menyampaikan khotbah. Ketika sang pendeta mengatakan satu kata yang tiba-tiba membuat Wei Xin menyadari akan apa yang sedang dialaminya, sang pendeta berkata, “jalan kehidupan manusia sangatlah singkat, untuk menempuh hidupnya maka manusia harus menitikberatkan seluruh kehidupannya kepada Tuhan. Manusia tidak akan tahu hari dimana dia akan mengakhiri kehidupannya, tetapi manusia punya kesempatan untuk bergerak dengan kebebasan sampai waktunya habis sebagaimana yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Manusia tidak punya kuasa untuk memutuskan kapan waktunya akan habis, melainkan hanya Tuhan. Manusia hanya diberi kebebasan untuk menjalaninya. Manusia hanya diciptakan untuk menikmati anugerah yang Tuhan sediakan.”
Wei Xin menyadari kesalahannya sebagai seorang dokter, dia mulai mengerti bahwa selama ini dia selalu ingin membantu pasiennya untuk melawan kematian, dia selalu merasa mampu membawa pasiennya keluar dari masa-masa kritis mereka, tetapi dia tidak menyadari bahwa Tuhanlah yang menentukan apa yang akan terjadi pada pasien-pasiennya. Sejak saat itu, ketika Wei Xin kembali ke dunia kerjanya dengan profesinya sebagai seorang dokter, dia tidak lagi berpikir bahwa dia mampu menentukan hidup matinya pasian yang ada ditangannya, tetapi dia mulai menyerahkan nyawa pasiennya kepada Tuhan dalam setiap langkah pekerjaannya sebagai seorang dokter. Dia belajar bahwa dia memiliki tanggungjawab yang besar dalam membantu pasien-pasiennya. Dia mengimani setiap bagian dalam pekerjaannya adalah untuk membantu pasiennya melewati masa-masa kritisnya. Wei Xin belajar satu hal, bukan dia yang mempunyai kuasa, dia hanya melakukan bagian yang terbaik yang ada padanya, dan Tuhan akan melanjutkan bagian-bagian selanjutnya. Dia percaya bahwa, Tuhan akan menyempurnakan apa yang kurang daripadanya. Sebagai dokter, Wei Xin adalah mentari yang memberikan harapan-harapan baru bagi para pasiennya, tetapi dia tahu, dia takkan mampu bersinar tanpa kuasa Tuhan.
_______________________________________________________
Sahabat, dalam kehidupan ini kita begitu sering melupakan Tuhan dalam apa yang kita kerjakan, kita merasa bahwa kita mampu dengan usaha sendiri. Ketahuilah, kita bisa saja berusaha mati-matian untuk mencapai tujuan kita, tetapi hanya Tuhan sajalah yang menentukan apa yang akan terjadi di depan kita. Percayalah akan Tuhan dan biarlah Tuhan saja yang menentukan apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita, biarkanlah mentarimu bersinar di dalam Tuhan untuk membawa harapan-harapan baru kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus sehingga mereka bisa datang dan menyembah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang hidup…..….!!!
Tuhan Yesus memberkati........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.