Total Tayangan Halaman

Minggu, 06 Februari 2011

Sebatang korek api

Seorang kakek hidup bersama cucu tunggalnya di desa kecil, setiap hari kakek tersebut dan cucunya bekerja sebagai tukang kayu untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Banyak orang sering memesan kayu kepada mereka untuk membuat berbagai perabotan rumah, alat-alat kerja dan sebagainya. Sang kakek dan cucunya bekerja dengan semangat dan giat, kelak untuk mewujudkan keinginan sang cucu dalam membuka usaha yang lebih baik.

Suatu hari, sang kakek jauh sakit dan terbaring di atas ranjang. Sang cucu merawatnya dengan setia dan bertekun dengan doanya agar kakeknya bisa cepat sembuh dan kembali seperti biasanya. Sang kakekpun merasa bahwa ajalnya telah dekat, beliau memanggil cucu tunggalnya yang dikasihi dan memberikan sekotak korek api sebagai kenang-kenangan terakhirnya.

"untuk apa korek api ini, Kek?" tanya cucu.

Kakek hanya tersenyum dan menjawabnya dengan lembut, "kelak kamu akan mengerti ketika kakek telah pulang ke rumah Bapa."

Dalam tetesan air matanya, cucunya berkata, "jangan berkata begitu Kek, kelak kakek pasti akan sembuh."

Sang kakek hanya terdiam memandang cucunya dengan senyuman.

Beberapa hari kemudian, sang kakekpun pergi dari dunia dan meninggalkan seorang cucu tunggalnya sendiri menjalani kehidupannya sendirian di dunia yang luas. Sang cucu hanya menjalani hari-harinya dalam kesedihan dan senantiasa terbayang wajah kakeknya yang dulu penuh dengan semangat.

"Mengapa?" tanya sang cucu dalam hatinya. "Mengapa satu-satunya orang yang kumiliki harus pergi meninggalkanku?" air mata yang tiada habisnya mengalir dari matanya.

Kemudian sang cucu mengingat sebuah peninggalan dari kakeknya, sang cucupun mengeluarkan kotak korek apinya dan mengambil sebatang korek tersebut lalu menyalakannya, sang cucu hanya mengamati api yang menyala tersebut. Tidak lama kemudian korek api yang menyala tersebutpun redup dan kemudian padam. Sang cucu berpikir dalam hatinya dan mencari sebuah jawaban yakni "mengapa kakeknya memberikan korek api ini di saat-saat terakhirnya?"

Kemudian sang cucu mengambil sebuah kertas dan menuliskan seuntaian kalimat di atasnya:

Hidup ini singkat bagaikan sebatang korek api,
apa yang kita kerjakan di dalam hidup ini akan berjalan seperti api yang menjalar.
Ada tempat untuk memulainya kehidupan dan ada tempat untuk mengakhirinya,
seperti ujung dimana api menyala dan bergerak kepada ujung lainnya dimana ia akan padam.
Apa yang kita kerjakan adalah seperti apa yang dihasilkan oleh api tersebut,
apakah kita melakukan yang baik seperti api yang menerangi jalan dan menghasilkan sesuatu yang diperlukan?
ataukah kita melakukan yang buruk seperti api yang membakar tangan tuannya?

Sang cucunya melepaskan pensilnya sambil menuangkan air mata yang jatuh di atas kertas yang telah dituliskan, kemudian ia menangis sambil menyadari betapa berartinya pesan kakeknya untuk kehidupannya.

___________________________________________


Sahabat, sudahkah kita menyadari kehidupan kita yang singkat ini?
Hidup kita hanya seperti sebatang korek api yang menyala, dan apa yang kita kerjakan adalah seperti apa yang menjadi fungsi dari api tersebut. Mari kita jangan menjadi seperti api yang menyala untuk membakar tangan tuannya, tetapi biarlah hidup kita menjadi seperti api yang menyala untuk menerangi dan mengerjakan apa yang baik dan berguna.....!!!

Tuhan Yesus memberkati.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.