Total Tayangan Halaman

Rabu, 21 Desember 2011

Satu hari saja

Di sebuah desa yang terpencil di kota Meksiko pada musim Natal, hiduplah seorang gadis kecil bernama May yang hidup dalam keadaan yang tidak normal. May menderita suatu penyakit langka pada kakinya sehingga May tidak bisa berjalan layaknya orang normal, May harus memegang tongkat untuk menyangga kakinya yang lemah. Keekonomian keluarga May yang rendah membuat May harus bertahan dengan kondisinya. May tidak menolak keberadaannya, hidup ini terus dijalaninya hari demi hari. Sekolah mungkin akan menjadi tempat yang paling tidak disukai oleh May, setiap hari selalu saja ada gangguan yang dialami oleh May. Di taman sekolah, May sedang beristirahat sambil memakan roti selai buatan ibunya. Sekelompok anak melempar May dengan bola salju dan menjatuhkan roti May. May hanya diam sambil meneteskan air matanya, mengambil tongkatnya dan berjalan meninggalkan taman.

Dalam perjalanan menuju ke ruang kelas, beberapa anak berjalan mengikuti May di belakangnya dan membuat gaya berjalan seperti yang dilakukan oleh May. Semua orang di kelas menertawai May sambil mengejeknya. May hanya terus berjalan meskipun lambat dengan ke dua tongkatnya dan menundukkan kepalanya menangis. Anak-anak lain terus mengejeknya tanpa mempedulikan tangisannya, bahkan ada beberapa anak yang melempar May dengan kertas.

Setiap malam, May selalu berdoa agar keajaiban bisa terjadi dalam kehidupannya. May tidak dapat berbuat apa-apa, kadang dia merasa hidup ini tiada lagi artinya dengan keadaan yang diterimanya saat ini dan dia selalu bertanya-tanya, 'apakah Tuhan mendengar doa-doanya?'. May mengalami tekanan-tekanan berat dalam hidupnya, 'apakah Tuhan masih mengasihiku? Jika benar, mengapa Dia membiarkanku tetap dalam keadaan seperti ini?'. May terlihat begitu lemah dengan tongkatnya, namun May menyadari bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik baginya.

Suasana desa sudah terlihat mulai ramai dengan suasana Natal yang semakin berkumandang. Dimana-mana lagu Natal dibunyikan dan seluruh penduduk khususnya anak-anak mulai disibukkan untuk menghias pohon Natal di rumahnya masing-masing dan menyiapkan kado-kado bersama keluarganya. Sore itu, tanpa sengaja May terpaku pada sebuah pengumuman di koran yang isinya mengajak orang-orang untuk menuliskan permintaan mereka pada Natal ini dan mengirimkannya ke kantor panitia lomba, surat permintaan yang paling menarik akan memperoleh penghargaan dari Gereja. Sejak kecil, May tidak pernah mendapat sesuatu yang istimewa di hari Natal. May sangat ingin mengirimkan permintaannya kepada panitia tersebut. May segera bergerak menuju kamarnya dan menuliskan permintaannya. Sambil menuliskannya, air mata May terus mengalir sampai-sampai ia hampir tidak kuat untuk menulis permintaan tersebut. Tetapi May tetap melanjutkannya, dia menuliskan:

"Shalom panitia-panitia Gereja yang mengadakan lomba penulisan permintaan ini, saya bersyukur dapat mengirimkan sepucuk permintaan sederhana ini untuk anda sekalian. Nama saya May Fernicia dari sebuah desa kecil di Meksiko. Saya terlahir dengan penyakit langka pada kaki saya sehingga saya tidak dapat berjalan layaknya orang normal. Ini membuat teman-teman saya selalu mengejek dan menghina saya. Saya tahu Tuhan selalu mendengarkan doa-doaku, hanya saya merasa Dia belum menjawabNya. Maukah anda mendoakan saya kepada Tuhan?
Saya tidak mau meminta hadiah besar seperti anak-anak lain pada umumnya. Hanya satu permintaan saya yang cukup sederhana kepada Tuhan, saya minta satu hari saja di sekolah, saya bisa berada di sana dengan tenang, tanpa diejek, dihina dan tidak ada teman-teman saya yang mengikut
i cara berjalan saya yang mereka anggap aneh untuk menertawai saya. Saya mohon, hanya satu hari saja. Terima kasih karena anda semua mau membaca permintaan ini. Tuhan Yesus memberkati."

Setelah menuliskannya, May memasukkan surat permintaannya ke amplop, menuliskan alamat panitia gereja lomba tersebut dan segera berjalan dengan tongkatnya menuju kotak pos yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Kemudian May duduk di sebuah kursi di sebelah kotak pos tersebut sambil berdoa sebentar kepada Tuhan. May menatap ke langit yang kelam itu sambil melihat butiran-butiran salju turun dari langit. Hari semakin dingin, malam akan segera tiba. May pun berjalan pulang ke rumah, sambil melihat anak-anak lain penuh keceriaan menyanyikan lagu Natal dan bermain salju. Dalam hatinya, May berkata, "Andai saja saya bisa melakukan hal seperti yang mereka lakukan.". May melanjutkan perjalanannya menuju rumah dan menikmati makan malam bersama orang tuanya.

Beberapa hari kemudian, para panitia Gereja pengadaan lomba terguncang dengan surat yang dikirimkan oleh May. Seluruh panitia itu dibasahi oleh air mata setelah membaca permintaan May yang sederhana. Mereka segera mengadakan rapat dadakan untuk membicarakan surat tersebut, tanpa berpikir panjang, Ketua panitia tersebut memutuskan untuk mempublikasikan surat May tersebut beserta biodata May ke seluruh media dan disebarkan ke seluruh dunia. Dunia gempar membaca surat May yang telah dipublikasikan oleh panitia tersebut. Sejak saat itu, banyak orang di seluruh dunia mengirimkan email dan surat kepada May untuk menjadi sahabat penanya. May menerima doa-doa dan dukungan dari orang-orang di seluruh dunia. Sekolah May juga menerima berita yang sama dan segera mengadakan rapat untuk mewujudkan impian May tersebut.

Keesokkan hari setelah pemberitaan surat tersebut, May hadir ke sekolah dan merasakan adanya keanehan. May berjalan ke ruang kelas, tidak ada anak-anak yang mengikuti gaya berjalannya yang aneh lagi, tidak ada anak-anak yang melontarkan ejekan kepadanya lagi dan tidak ada anak-anak yang melemparinya lagi dengan kertas. Impian dan doa May berhasil tercapai melalui publikasi suratnya tersebut, dan ini tidak hanya terjadi satu hari seperti permintaan May, tetapi Tuhan mewujudkannya seumur hidup May. Para panitia Gereja pengadaan lomba tersebut memberikan penghargaan untuk May. May diundang dalam berbagai ibadah dan seminar untuk memberikan kesaksian, tidak ada hal yang lebih baik dari ini baginya. Natal ini menjadi Natal paling indah bagi May. Musim Natal akan segera berakhir, May berdiri di hadapan jutaan pasang mata di seluruh dunia, memandang langit yang masih dituruni oleh butiran-butiran salju, dan mendengar tepuk tangan jutaan orang atas kesaksian May sambil memuliakan Tuhan.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.