Awal pertemuan Edward dan Agnes
"Awal pertemuan kami, waktu itu saya lagi temanin mama saya di Salon. Customer lain tanya sama saya, ‘Kamu langganan disini. Siapa yang bagus?’ Akhirnya dari ngomong-ngomong gitu. Mungkin keceplosan, gak tahu gimana, dia bilang, ‘Saya baru menikah sama kakaknya Edward Chen. Dia bilang ‘Edward Chen tadi nganterin saya loh, kamu tahu kan Edward Chen?’, Ya aku bilang aku tahu, pernah dengar gitu kan,” kata Agnes, istri dari Edward Chen. “Setelah mereka selesai salon, kami jemput istri kakak saya. Disitulah mulai terjadi pertemuan pertama. Saya pikir cuma orang kepengen kenal aja. ‘Ya udah Edward, Agnes’. Cuma gitu-gitu aja sih.. tidak ada sesuatu yang spesial saat itu. Mungkin dia senang dengerin lagu saya juga saya tidak tahu,” ungkap Edward mengenang awal pertemuan dengan Agnes, wanita yang kini menjadi pendamping hidupnya. “Kesannya waktu itu biasa aja. Saya kan terus terang gak seberapa kenal dia,” tutur Agnes.
Satu bulan lebih berlalu, keduanya bertemu secara tidak sengaja di sebuah tempat makan salah satu mal di Jakarta. “Saya kan ngajar ice skating. Hampir tiap hari disana. Sebulan lebih, kami ketemu lagi di mal” papar wanita cantik ini. “Pas lagi mau makan di restoran, tahu-tahu ada dia gitu, cuma mungkin dia gak kenal saya, tapi dia kayak ada lihat-lihat,” lanjutnya.
“Saya mikir, siapa nih anak gitu kan dari jauh. Saya lihat, saya lihat. Lagi makan, saya lihat lagi,” kata Edward. “Tapi kan saya kenal jadi saya sapa, ‘Halo Ko. Vivi gimana kabarnya?’” jawab Agnes. “Vivi siapa saya bilang. Saya pikir nih anak kok bisa tahu Vivi yang mana gitu.” balas Edward. “'Saya Agnes dulu yang dikenalin Vivi di salon.' Baru ngomong-ngomong, Yah setelah itu, tiba-tiba ada sesuatu di hati saya sepertinya ngomong gini, ‘Edward minta deh nomor hpnya’” cerita Edward
“Ngapain dia minta no telepon gw. Ada juga cewek kasih nomor telepon ke dia gitu kan,” kata Agnes dengan wajah penuh tawa. Nomor ponsel Agnes akhirnya berhasil didapat Edward. Sejak saat itu, hubungan mereka pun semakin dekat. “Setelah ngobrol lewat sms, lewat telepon. Akhirnya kita ketemuan di mall. Setelah kita sering ketemuan lunch gitu dan ngobrol juga nyambung akhirnya...”
“Pas lagi makan dia tanya, kita statusnya udah pacaran? Karena kita udah cukup dekat ya. Sering ketemu juga. Saya bilang ya kita sudah pacaran, Saya tinggal di Jakarta, merantau sendiri ya. Saya sakit sendiri” ujar Edward. “Orang tua Edward tinggal jauh di Sumba,” kata Agnes.
“Agnes saat itu saya lihat sebagai orang yang care. Dia lihat saya bukan sebagai seorang public figure. Saya lihat dia punya cinta yang tulus. Dia menjadi tempat saya sharing, untuk ngobrol. Saya ini benar-benar ingin memperkenalkan Agnes dengan keluarga. Waktu itu saya ingin orangtuanya merestui” Ungkap Edward.
Orang tua menentang hubungan kami
Apa yang diinginkan ternyata berbanding terbalik dengan apa yang terjadi. Baik orangtua Edward maupun Agnes tidak menyetujui hubungan keduanya.
“Saat itu memang saat yang paling berat. Saya bersikeras untuk terus jalan sama Agnes. Mau tunangan lah, mau married sama Agnes. Orang tua masing-masing tidak memperbolehkan. Saya tidak tahu apa alasan mereka, tapi mereka bilang tetap gak mau merestui. Tetapi ego saya muncul, saya sudah mutuskan ini dan saya akan jalanin in,” tutur Edward.
“Kalau kamu tetap ingin jalanin, yah sudah pilih dia saja. Gampang, besok tinggal masuk koran ‘Edward Chen tidak sendiri’. Jadi biar bebas, terserah kau." Kata mama Edward. "Terserah saya seperti itu." Saat itu saya tutup telepon. Tetapi setelah itu, saya terngiang-ngiang perkataan mama saya dan saya nangis, ‘ini gak bener’” “Dari mulut Edward sendiri keluar hubungan kita ini mustahil,” jelas Agnes. “Karena saya tidak bisa melihat jalan lagi. Saya tetap harus memilih orangtua dulu” Sambung Edward. “Kalau kita jadi, ini benar-benar mukjizat dari Tuhan karena sudah pasti tidak jadi,” kata Agnes dengan berlinang air mata.
“Waktu itu kita benar-benar melihat keadaan karena dari keluarga Edward juga begitu, dari saya juga begitu. Jadi ya udah diputuskan, bahkan dengar kata-kata Edward pun ‘gak mungkin jalan’” Lanjut Agnes. “Agnes, siap untuk kita tidak bisa lanjutin lagi?,” kenang Edward menahan tangis.
Berserah dan memercayai janji Tuhan
“Setiap malam saya berdoa kayak orang gila pokoknya ngomong begitu terus, ‘Tuhan, kalau memang dia jodoh saya, Tuhan tolong buka setiap jalan. Tuhan buka hati orang tua Edward, orang tua saya. Tetapi jika ini bukan dari Tuhan, Tuhan tolong hapus perasaan saya sama Edward.” Kata Agnes mengingat doanya.
“Saya down banget. Saya stres. Setiap hari habis nyanyi, nangis di hotel. Sampai akhirnya saya menulis sebuah lagu ‘Hatiku Percaya’. Saya juga mau belajar untuk tetap percaya bahwa Tuhan itu baik.” Jelas Edward.
“Saya putuskan untuk balik ke Kanada. Jadi, saya sudah apply. Saya sudah diterima karena saya mau lanjutin sekolah disana. Jadi saya telepon orangtua Edward, ‘Tante gak usah kuatir. Sebentar lagi Agnes ke Kanada. Jadi, Agnes tidak akan ganggu anak Tante lagi.” Kata Agnes.
Tuhan mempersatukan kami
“Singkat cerita, tiba-tiba waktu saya pulang ke NTT. Saya sudah tidak mau membahas tentang Agnes lagi kepada orang tua saya. Saya belajar untuk hidup normal kembali, tetapi tetap tidak bisa menipu raut wajah saya yang sedih. Saya tidak ada gairah hidup. Entah mengapa orangtua saya tiba-tiba bertanya, ‘Gimana sudah tidak berhubungan dengan Agnes lagi?' saya jawab ‘Sudah nggak’. ‘Kamu masih sayang sama Agnes dan Agnes masih sayang sama kamu?’ Saya bilang ‘Sebenarnya iya, tidak bisa menipu, iya’. Terus orang tua saya bilang, ‘Ya udah coba telepon Agnes”
“Dia bilang gini, ‘Apa kamu benar-benar sayang anak saya?’ Saya bilang iya saya sayang kalau tidak, saya tidak akan seperti ini. Terus dia bilang kalau kamu benar-benar sayang anak saya, kamu sekali-kali jangan kecewain anak saya. ‘Kamu bener bisa jaga anak saya?’ kata mama Edward. Saya bilang ‘Bener Tante, saya bener-bener sayang, saya bener-bener cinta.’
“Segala sesuatu indah pada waktunya. Hubungan yang udah tidak mungkin. Jadi Agnes mikirnya ini bener-bener Tuhan. Ini pasti campur tangan Tuhan Yesus. Segala sesuatu yang tidak mungkin, tahu-tahu Tuhan bisa merubah semua itu jadi tunangan, menjadi menikah, dan bahkan Tuhan kasih bonus kita menikah di Kana. Padahal kita gak ada kepikiran kalau kita bakalan menikah gitu, tahu-tahu Tuhan sudah bikin kita merasakan sesuatu yang tidak kita pikirkan. Bila Tuhan sudah persatukan kita, Tuhan pasti jaga kesatuan keluarga kita. Bahkan tidak hanya itu, Dia bimbing setiap hari yang kita lewati. Saya minta tolong sama Tuhan, ‘Tuhan, jadikan keluarga saya berkat di luar' “Tuhan Yesus yang sanggup merubah yang buruk menjadi baik dan selalu menjadikan itu indah pada waktunya,” ujar Edward Chen.
Sahabat, melalui kesaksian Edward dan Agnes, kita diajak untuk melihat hari-hari yang penuh pergumulan. Baik dalam hubungan keluarga, persahabatan maupun dalam percintaan, kita diajak untuk senantiasa membiarkan Tuhan bekerja, karena semuanya pasti akan menjadi indah pada waktunya......!!!
Tuhan Yesus memberkati........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.