Total Tayangan Halaman

Selasa, 28 Desember 2010

Hadiah terindah

Beberapa minggu lagi merupakan perayaan terindah bagi seorang anak kecil yang dipanggil "Lia" di kalangan sekolahannya. Natal merupakan hari yang selalu ditunggu olehnya bersama dengan teman-temannya. Sang Gurupun tidak ketinggalan untuk mengajak murid-muridnya untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam perayaan Natal yang sudah dekat. Bayangkan betapa besarnya sukacita yang meliputi wajah anak-anak polos yang begitu gembira menyambut kedatangan Natal. Sang Guru mengajak murid-murid untuk mulai menghias pohon cemara atau lebih suka dipanggil "pohon Natal" dengan berbagai hiasan bola lampu, gantungan boneka, bola-bola kecil dan bintang-bintang. Dengan semangat, Lia dan teman-temannya begitu giat menghiasi pohon Natal seindah mungkin.

Waktu mulai menunjukkan sekitar satu minggu lagi menjelang hari raya Natal yang selalu dinantikan oleh Lia dan teman-temannya. Sang Guru memberikan tugas terakhir bagi murid-muridNya dalam menyambut kedatangan N
atal ini.
Guru : "Anak-anak, tinggal satu minggu lagi kita akan merayakan Natal
di Gereja. Nah, apakah kalian siap untuk menyambut kedatangan Natal di tahun ini?"
Murid-murid : "Siap..." (serentak semangat anak-anak yang sudah tidak sabar menantikan hari Natal)
Guru : "Sambil menantikan Natal ini, Guru ingin kalian membuat sebuah tugas. Dalam w
aktu satu minggu ini kalian pikirkan apa yang ingin kalian berikan untuk Tuhan menjelang hari Natal nanti. Kalian mengerti?"
Murid-murid : "Baik, Guru.." (balas anak-anak)

Sang Gurupun tersenyum melihat betapa semangatnya anak-anak didikannya dalam menyambut kedatangan Natal.

Namun, malam itu Lia tampaknya terbeban menyanggupi tugas yang diberikan oleh Sang Guru. Lia memandang keluar jendela kamarnya, melihat gelapnya malam yang hanya diterangi oleh keindahan bintang-bintang. Lia merasakan kebingungan, seorang anak yang lahir dalam keluarga yang berekonomi terbatas, bagaimana bisa mendapatkan sebuah hadiah yang berkesan dalam perayaan Natal ini?
Malam itupun, Lia hanya bisa berdoa dan berharap bahwa sebuah keajaiban akan terjadi. Lia menangis di dalam doanya, bahkan menyalahkan dirinya karena tidak mampu memberikan sesuatu yang terbaik buat Tuhan di hari Natal ini.


Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, kini tersisa satu hari kembali sebelum tiba hari Natal yang sudah sangat dinantikan oleh anak-anak.

Guru : "Bag
aimana anak-anak, apakah kalian sudah menyiapkan hadiah yang istimewa untuk hari Natal besok?"
Murid-murid : "Sudah Guru..." (Lia terdiam seakan ingin mengeluarkan air matanya karena belum menyiapkan apa-apa seperti yang dipesankan Sang Guru)

Guru : "Bagus, jangan lupa membawanya pada acara yang akan kita adakan di Gereja
besok ya?" Murid-murid : "Baik Guru..."

Kebingungan kembali meliputi pikiran Lia, sejak siang hari sampai malam hari tampak Lia gelisah menyambut hari Natal besok. Malam itu, langit tampak cerah dan bintangpun bersinar dengan terang. Lia merasakan kekecewaan yang dalam, malam itu merupakan malam yang panjang bagi seorang anak seperti Lia. Angin malampun berhembus menidurkan Lia dalam kesedihannya.


Kini, hari Natal yang dinantikanpun tiba. Sukacita begitu mekar terlukiskan di wajah anak-anak. Suara musik merdu terdengar dari dalam gereja, pohon natal tampak menghiasi keindahan setiap rumah. Namun, kesedihan dan kekecewaan tampak masih membekas di hati Lia. Lia pergi ke gereja dalam keadaan rusuh dan mulai mengambil tempat dalam kumpulan anak-anak. Semua anak memegang hadiah-hadiah yang sudah dipersiapkan seperti yang dipesankan oleh Sang Guru. Tetapi Sang Guru tampak kebingungan melihat Lia yang menyendiri di sudut ruangan dan mencoba menghampirinya.

Guru : "Lia, mengapa kamu tidak bergabung bersenang-senang dengan teman-teman yang lain?" \
(Lia tampak ketakutan menjawab pertanyaan Sang Guru, namun Lia hanya terdiam)

Guru : "Oh iya, Guru tidak melihat hadiahmu? Apakah kamu lupa membawanya?"

Lia : "Itu.. Hu
huhu.." (Wajah Lia tampak sedih dan mulai mengeluarkan air mata)
Sang Guru tampak bingung melihat keadaan Lia dan berpikir sejenak dan membawanya berada di dekat pohon Natal yang telah dihias oleh Lia dan teman-temannya beberapa minggu yang lalu.


Guru : "Coba Lia perhatikan kado-kado yang dibawa oleh teman-teman di bawah pohon Natal ini."
(Lia memperhatikannya dengan kebingungan)
Guru : "Teman-temanmu membawa hadiah itu untuk Tuhan sebagai tanda mereka mengasihi Tuhan. Namun, Tuhan tidak mengambil hadiah-hadiah yang sudah diberikan, yang membuat Tuhan senang saat ini adalah hati anak-anak yang mengasihiNya, bukan hadiah yang diberikan oleh anak-anakNya."

Lia : "Saya mengerti, Guru. Kini, saya sudah mempunyai hadiah yang istimewa yang akan membuat Tuhan senang." (Pungkas Lia sambil menghapus air matanya berganti senyuman manis di wajahnya)
Sang Gurupun tersenyum melihat kerendahan dan ketulusan hati Lia.


____________________________________________

Sahabat, terkadang kita tidak mengerti akan apa yang diinginkan Tuhan bagi hidup kita. Kita hanya memberikan apa yang kita miliki seolah-olah itu adalah kewajiban. Dengar Saudara, Tuhan tidak membutuhkan sepersenpun bagian dari apa yang anda miliki melainkan Tuhan membutuhkan hati anda, hati yang tulus untuk mengasihi Tuhan seperti Tuhan yang telah datang ke dunia sebagai manusia, oleh karena kasihNya bagi umat manusia......!!!
Tuhan Yesus memberkati..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.